masyarakat
toleran tergali sebagai bentuk warisan budaya bangsa ini dan terus mengakar turun temurun sebagai suatu peradaban yang menjadi identitas bangsa berbhineka. Kebudayaan toleransi menjadi sebuah intan untuk negeri tercinta ini hingga mampu mendunia. Toleran menjadikan bangsa ini kuat dengan indikator kebangsaan humaniora mayoritas di negeri ini. Akan tetapi, bagaimana yang dirasakan bangsa ini pada saat sekarang? Permasalahan yang terjadi sepertinya sengaja diciptakan dengan memunculkan gejolak intoleran. Fakta yang ada, berita-berita dan informasi tentang negeri ini seperti tak bisa lepas begitu saja dari ranah toleran-intoleran. Kita harus berani mengakui jika ruang publik saat ini telah mulai dimonopoli kaum intoleran yang jumlahnya tidak seberapa banyak tapi berisik luar biasa bahkan mampu mengguncang ketenangan hidup masyarakat dan bangsa ini. Bisa jadi, kaum intoleran semakin berani bermain, berulah menunjukan identitas diri seolah olah dia menjadi besar dan menjadi pemenang. Atau bahkan menjadi besar dengan tegar berkoar-koar seperti tak memiliki kesalahan. Menjadi lupa akan peradaban ketimuran, lupa akan toleran dan lupa akan falsafah bangsa ini.
Mungkin belum sadar, tetapi sudah gila hingga keberadaannya di negeri ini begitu saja berjalan dengan kekuatannya karena sebagian besar masyarakat memilih diam, bungkam.
Hidup berdampingan terusik bukan karena banyaknya orang intoleran, melainkan karena orang-orang baik suka berpangku tangan.
Itulah bentuk subtitusi penonjolan cara pandang sebagai bentuk konsolidasi politik identitas yang memicu memudarnya penghargaan pada kebinekaan. Saatnya orang-orang baik yang menjadi mayoritas di negeri ini untuk turun tangan. Jangan berdiam diri lagi jika tidak ingin kaum intoleran menguasai ruang publik.
toleran tergali sebagai bentuk warisan budaya bangsa ini dan terus mengakar turun temurun sebagai suatu peradaban yang menjadi identitas bangsa berbhineka. Kebudayaan toleransi menjadi sebuah intan untuk negeri tercinta ini hingga mampu mendunia. Toleran menjadikan bangsa ini kuat dengan indikator kebangsaan humaniora mayoritas di negeri ini. Akan tetapi, bagaimana yang dirasakan bangsa ini pada saat sekarang? Permasalahan yang terjadi sepertinya sengaja diciptakan dengan memunculkan gejolak intoleran. Fakta yang ada, berita-berita dan informasi tentang negeri ini seperti tak bisa lepas begitu saja dari ranah toleran-intoleran. Kita harus berani mengakui jika ruang publik saat ini telah mulai dimonopoli kaum intoleran yang jumlahnya tidak seberapa banyak tapi berisik luar biasa bahkan mampu mengguncang ketenangan hidup masyarakat dan bangsa ini. Bisa jadi, kaum intoleran semakin berani bermain, berulah menunjukan identitas diri seolah olah dia menjadi besar dan menjadi pemenang. Atau bahkan menjadi besar dengan tegar berkoar-koar seperti tak memiliki kesalahan. Menjadi lupa akan peradaban ketimuran, lupa akan toleran dan lupa akan falsafah bangsa ini.
Mungkin belum sadar, tetapi sudah gila hingga keberadaannya di negeri ini begitu saja berjalan dengan kekuatannya karena sebagian besar masyarakat memilih diam, bungkam.
Hidup berdampingan terusik bukan karena banyaknya orang intoleran, melainkan karena orang-orang baik suka berpangku tangan.
Itulah bentuk subtitusi penonjolan cara pandang sebagai bentuk konsolidasi politik identitas yang memicu memudarnya penghargaan pada kebinekaan. Saatnya orang-orang baik yang menjadi mayoritas di negeri ini untuk turun tangan. Jangan berdiam diri lagi jika tidak ingin kaum intoleran menguasai ruang publik.
Komentar
Posting Komentar