Langsung ke konten utama

Kisah si TIGA HIJAU

Di sebuah tempat nun jauh di rimba belantara. Hiduplah beberapa jenis tanaman hijau menyerupai permadani. Tanaman hijau itu bernama rumput Teki milik seorang nenek berusia 80 tahun. Sebut saja bernama nenek Dingin. Nenek Dingin tinggal sebatang kara berkarib dengan hewan liar dan tanaman. Lewat tangan dingi
nnya semua merasa bisa hidup nyaman. Di pondok kecilnya yang selalu bersih, nenek Dingin mempunyai lahan seluas 100 meter, satu-satunya pondok dengan area yang mendapat sinar matahari secara langsung. Itu sebabnya nenek Dingin tak pernah sakit. Cahaya matahari dan sejuk dari hutan rimba silih berganti memberikan aura sehat bagi nenek Dingin.
Areal pondok nenek dikelilingi rumput hijau yang tertata apik. Nenek memberi nama rumput Teki. Tak jauh dari rumput mendekati hutan, di bawah pohon tua beringin dan kepel, ada mata air yang ditumbuhi lumut hijau. Lumut yang juga mengerti keindahan ini membentuk hijau menawan tumbuh di atas bebatuan, nenek Dingin menamainya Lumutan. Sementara di seberangnya, tepat bersebelahan dengan rumput cantik itu ada rumput nakal bernama Koreng.

Ketiga jenis rumput itu telah menyatu di hati nenek, seperti layaknya seorang ibu kepada ketiga anaknya.

Pagi itu saat nenek tengah istirahat di pondoknya. Koreng mengganggu rumput Teki. Meminta bantuan angin dia jatuhkan tubuhnya di antara hamparan rumput Teki yang tertata rapi. Sontak rumput Teki yang sedang beranjangsana sesama rumput Teki lainnya merasa terganggu. Rumput Teki yang merasa tertindih Koreng menjerit kesakitan.

“Aduh! Koreng! Apa yang kau lakukan, segera pergi, sakit sekali. Aduuuh. Tolooong!”

Koreng tertawa senang, bukan berpindah atau kembali pulang, Koreng malah mengeraskan himpitan, hal ini diikuti teman-temannya sesama Koreng. Mereka menyebar mengganggu rumput Teki hingga timbul kegaduhan.

Lumutan yang bijak, mulai merasakan hal yang tak wajar setelah melihat kawanan Koreng semakin banyak mengganggu rumput Teki, mulai angkat bicara.

“Koreng, enyahlah. Bermainlah di lingkungan yang telah nenek Dingin sediakan. Kau tahu bila kau lakukan itu pada rumput Teki, akar-akarmu mengambil asupan. Bagaimana rumput Teki bisa menghijau?”

“Ah, Lumutan tua. Sok tahu kau. Pikirkan saja dirimu yang tak mampu bermain-main di tempat nyaman. Nikmati saja dirimu selalu dengan hidup kekerasan di atas bebatuan. Kami senang di sini banyak makanan.”

“Ya, tapi rumput Teki dirawat nenek Dingin untuk menghasilkan obat.”

“Hah. Apa perduliku. Bukan urusanku.” Seru Koreng sambil terbahak-bahak.

Lumut tak tinggal diam, lewat bebatuan yang mengarah ke rumah nenek Dingin, dia membawa pesan berantai. Syukurlah, nenek Dingin segera paham. Nenek Dingin keluar rumah dan segera memisahkan Koreng dengan menariknya sampai ke akar.

Lumutan membantu Nenek Dingin dengan memerintahkan agar bebatuan membentuk dinding pembatas antara rumput Teki dan Koreng, dengan santai lumut mengawasinya di dinding bebatuan agar tak ada Koreng yang meloncat ke hamparan rumput Teki.

Rumput Teki merasa nenek Dingin menyiramnya dengan serbuk asin. Bertanyalah rumput Teki pada nenek Dingin,

“Nek, apa ini, rasanya asin sekali?”

“Ini garam halus sayang, akan menjagamu dari Koreng. Koreng tak akan tahan dengan asinmu.”

“Terima kasih Nek, aku suka, rasa asinnya membuat sejuk.”

Akhirnya, suasana kembali tenang. Koreng kembali ke tempatnya. Lumutan bersahaja memandangi kedamaian. Begitu juga rumput Teki kembali asyik bercengkerama.

Adik-adikku tersayang, betapa indah bukan kedamaian tanpa saling mengganggu. Nikmati dan syukuri apa yang kalian miliki, hindarilah sifat iri. Kalau selalu iri dengan apa yang orang lain punya, hati tak akan tenang. Selalu mencari jalan untuk saling menjatuhkan. Dengan bersyukur dengan apa yang kita miliki, bersibuk diri berbenah diri menjadi lebih baik lagi, tidak usil dengan kesenangan orang. Tidak merasa paling pintar atau hebat sehingga segala tindakannya merasa benar, tentu tidak akan ada pikiran setiap yang kau pandang salah, menyebalkan, maka hidup kita akan tenang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karakteristik Critical Thinking

  Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (Arief Ahmad, 2007) secara lengkap dalam buku Critical Thinking , yaitu: . a.        Watak ( dispositions ) Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik. b.       Kriteria ( criteria ) Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, ...

Perencanaan & Pengorganisasian Koperasi CUSanqti

Perencanaan dalam Koperasi CUsanqti Jawa Timur memiliki ruang lingkup sistematis sbb: 1. Organisasi koperasi sama dengan organisasi yang lain, perlu dikelola dengan baik agar dapat mencapai tujuan akhir seefektif mungkin. 2. Fungsi perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting karena merupakan dasar bagi fungsi manajemen yang lain. Agar tujuan akhir koperasi dapat dicapai maka koperasi harus membuat rencana yang baik, dengan melalui beberapa langkah dasar pembuatan rencana yaitu menentukan tujuan organisasi mengajukan beberapa alternatif cara mencapai tujuan tersebut dan kemudian alternatif-alternatif tersebut harus dikaji satu per satu baik buruknya sebelum diputuskan alternatif mana yang dipilih 3. Tipe rencana yang dapat diambil dalam koperasi dapat bermacam-macam tergantung pada jangka waktu dan jenjang atau tingkatan manajemen. Pengorganisasian dan Struktur Organisasi Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan da...

Sajak Guru Sejati

Dan tak ada lagi kata yang mampu kuucapkan‘tuk mewakili asa dan rasa yang tersimpan untukmu wahai guru Sejatiku hanya sepi tersisa dalam relung jiwa dalam hembusan nafas pada setiap detik penantianku Hanya kumohonkan ampun sembari sujud menyembahMu melalui guru Sejatiku Dentang lonceng itu memanggilku untuk sejenak menenangkan batinku yang terus meragu Lelah hati bersama mimpi menanti kehadiranmu disudut lentera Suara nyanyian itu sekejap membuatku terhanyut sadarkanku Tersebut namaMu Tuhan menghias sanubari Teriring lantunan sajak-sajak pengakuan berbalut doa-doa Seberat bebanpun aq tak peduli CahayaMu membuatku mampu berjalan, membuat kelopak matahati mampu menatapMU wahai guru sejatiKU Ta'kan pernah sirna hingga kornea mataku buta. Saat ini, esok dan selamanya.