Sudahkah kita benar-benar mencintai diri sendiri? Atau pikiran dan rutinitas kita hanya berisi “bagaimana caranya bisa membahagiakan orang lain”? Bagaimana bisa menampilkan diri yang begitu mengesankan bagi orang lain agar mereka mau menerima kita? Tidak. Kita juga butuh mencintai dan membahagiakan diri sendiri. Siapapun kita.
1.Abaikan sejenak soal pengaruh sosial
Kehidupan sosial seringkali mengajarkan kita bahwa hidup selalu memiliki standar kesuksesan yang relatif. Relatifisme itu selalu tidak memiliki kejelasan yang membuat orang akan terombang-ambing kelelahan mengejarnya. Akankah selalu merasa cukup? Tingginya status sosial, kekuasaan, kekayaan, penguasaan teknologi terkini, dan lain-lain.
2.Pahami bahwa hidup memanglah tidak menentu
Kehidupan ini tidaklah menentu. Naik dan turun. Sedih dan bahagia. Lapang dan sempit. Sehat dan sakit. Terus seperti itu. Tidak ada manusia yang sempurna menjalani kehidupannya. Saat kita merasa “jatuh”, orang lain pun pernah merasakannya. Saat kita merasa tidak berarti, orang lain pun pernah merasakannya. Tidak seharusnya kita terperangkap dalam pikiran seolah-olah kita yang selalu menghadapi penolakan, pengabaikan, dan sejenisnya.
3.Fokuslah pada diri
Jujurlah pada diri kita sendiri tentang apa yang kita rasakan. Kalau kita tidak bahagia, kita tidak harus berpura-pura bahagia. Begitu pula sebaliknya. Jangan terpengaruh dengan pendapat orang lain tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku.
4.Jangan mulai hari dengan gadget
Begitu majunya teknologi masa kini sampai-sampai kita pun dikepung oleh gadget yang modern. Kita menjadi mudah berhubungan dengan dunia luar yang luas tanpa harus bergerak kemana-mana. Kita mudah mendapati kehidupan yang bermacam-macam coraknya. Pun pendapat yang berbeda-beda tanpa batas. Seringkali, kehidupan yang terlalu padat dan “nano-nano” yang masuk dalam pikiran kita justru akan membebani dan melelahkan pikiran. Kita tak mampu mendapatkan standar kebenaran mutlak. Jadi, untuk apa?
Mulailah hari dengan kehidupan yang real. Jauhkan gadget dari jangkauan kita saat bangun tidur. Saya sendiri termasuk yang paling sukar melakukannya. Namun saya yakin kita bisa melakukannya. Memulai hari dengan menarik otot-otot, bergelung sebentar, lalu bernafas panjang. Dilanjutkan dengan ibadah pagi. Menyapa udara pagi dan mengucapkan salam pada orang-orang yang kita cintai. Semua itu membuat kita mampu berpikir lebih jernih dan segar.
5.Aktifkan alarm positif
Tentu saja kita tidak harus membuang gadget kita. Kita bisa menggunakannya secara tepat dan bermanfaat. Kita juga bahkan bisa melakukan hal-hal sederhana untuk berbicara dengan diri sendiri. Merekam suara kita dengan quote-quote yang positif, seperti ”apa kabar?”, “hai, cantik”, “ingat ya, kamu adalah wanita hebat”, dsb. Lalu kita jadikan rekaman suara kita sendiri sebagai alarm yang sewaktu-waktu menyala dan mengingatkan kita bahwa kita adalah makhluk yang berharga.
Salam Progressif
1.Abaikan sejenak soal pengaruh sosial
Kehidupan sosial seringkali mengajarkan kita bahwa hidup selalu memiliki standar kesuksesan yang relatif. Relatifisme itu selalu tidak memiliki kejelasan yang membuat orang akan terombang-ambing kelelahan mengejarnya. Akankah selalu merasa cukup? Tingginya status sosial, kekuasaan, kekayaan, penguasaan teknologi terkini, dan lain-lain.
2.Pahami bahwa hidup memanglah tidak menentu
Kehidupan ini tidaklah menentu. Naik dan turun. Sedih dan bahagia. Lapang dan sempit. Sehat dan sakit. Terus seperti itu. Tidak ada manusia yang sempurna menjalani kehidupannya. Saat kita merasa “jatuh”, orang lain pun pernah merasakannya. Saat kita merasa tidak berarti, orang lain pun pernah merasakannya. Tidak seharusnya kita terperangkap dalam pikiran seolah-olah kita yang selalu menghadapi penolakan, pengabaikan, dan sejenisnya.
3.Fokuslah pada diri
Jujurlah pada diri kita sendiri tentang apa yang kita rasakan. Kalau kita tidak bahagia, kita tidak harus berpura-pura bahagia. Begitu pula sebaliknya. Jangan terpengaruh dengan pendapat orang lain tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku.
4.Jangan mulai hari dengan gadget
Begitu majunya teknologi masa kini sampai-sampai kita pun dikepung oleh gadget yang modern. Kita menjadi mudah berhubungan dengan dunia luar yang luas tanpa harus bergerak kemana-mana. Kita mudah mendapati kehidupan yang bermacam-macam coraknya. Pun pendapat yang berbeda-beda tanpa batas. Seringkali, kehidupan yang terlalu padat dan “nano-nano” yang masuk dalam pikiran kita justru akan membebani dan melelahkan pikiran. Kita tak mampu mendapatkan standar kebenaran mutlak. Jadi, untuk apa?
Mulailah hari dengan kehidupan yang real. Jauhkan gadget dari jangkauan kita saat bangun tidur. Saya sendiri termasuk yang paling sukar melakukannya. Namun saya yakin kita bisa melakukannya. Memulai hari dengan menarik otot-otot, bergelung sebentar, lalu bernafas panjang. Dilanjutkan dengan ibadah pagi. Menyapa udara pagi dan mengucapkan salam pada orang-orang yang kita cintai. Semua itu membuat kita mampu berpikir lebih jernih dan segar.
5.Aktifkan alarm positif
Tentu saja kita tidak harus membuang gadget kita. Kita bisa menggunakannya secara tepat dan bermanfaat. Kita juga bahkan bisa melakukan hal-hal sederhana untuk berbicara dengan diri sendiri. Merekam suara kita dengan quote-quote yang positif, seperti ”apa kabar?”, “hai, cantik”, “ingat ya, kamu adalah wanita hebat”, dsb. Lalu kita jadikan rekaman suara kita sendiri sebagai alarm yang sewaktu-waktu menyala dan mengingatkan kita bahwa kita adalah makhluk yang berharga.
Salam Progressif
Komentar
Posting Komentar