Debat merupakan implementasi dari berpikir
kritis (critical thinking). Seorang
siswa harus dilatih sejak awal untuk terbiasa berani mengkritisi segala
sesuatu, sebab hanya dengan kebebasan berpikirlah manusia akan maju dan
berkembang. Sejarah sudah membuktikan betapa masyarakat yang terkungkung oleh
kekuasaan yang otoriter dan menghalangi kebebasan berpikir mengakibatkan bangsa
itu menjadi bangsa yang terbelakang.
Siswa, sebagai calon pemimpin masa depan, harus
dibiasakan untuk belajar mengkritisi fenomena yang ada dalam kehidupannya.
Langkah ini diharapkan akan menanamkan dalam dirinya keberanian untuk
mengkritisi segala sesuatu, belajar berargumentasi, dan berani untuk
mengemukakan perbedaan pendapat.
Ada beberapa macam format debat yang dapat digunakan.
Perbedaan format yang dipakai ini menentukan peraturan teknis yang berkenaan
dengan waktu pembicara menyampaikan argumennya serta kesempatan untuk
menyampaikan interupsi pada kelompok lawan.
Di antara format debat tersebut adalah,
pertama, format lomba debat SMA sedunia. Ciri format ini adalah memberlakukan
interupsi di tengah pidato, dan tidak memberikan interupsi pada pidato penutup.
Kedua, format debat parlemen Asia. Format ini memberikan kesempatan interupsi
di tengah debat. Ketiga, format debat Australia-Asia. Format ini tidak
memberlakukan interupsi di tengah debat. Dan keempat, format debat parlemen
Inggris. Format ini tidak mengenal adanya pembicara penutup, tapi
memperbolehkan adanya interupsi di tengah jalannya debat.
4. Mempertanyakan apa yang dilihat atau didengar
Menurut para ahli, melatih berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara
mempertanyakan apa yang dilihat dan didengar. Setelah itu, dilanjutkan dengan
bertanya mengapa dan bagaimana tentang hal tersebut. Intinya, jangan langsung
menerima mentah-mentah informasi yang masuk. Dari mana pun datangnya, informasi
yang diperoleh harus dicerna dengan baik dan cermat sebelum akhirnya
disimpulkan. Karena itu, berlatih berpikir kritis artinya juga berperilaku
hati-hati dan tidak grusa-grusu dalam menyikapi permasalahan.
5. Diskusi kelompok
kecil
Pembelajaran kolaboratif
melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan sebagai strategi yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick L., 1990; Rimiene V.,
2002; Gokhale A.A., 2005 dalam Sudaryanto, 2008). Dengan berdiskusi siswa
mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi
pemahaman siswa lain, mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk
dijadikan panutan, membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman,
meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima
kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun.
6. Melatih otak kanan
Ada pandangan lain untuk meningkatkan sikap kritis. Menurut penelitian
para ahli neurolinguistik, cabang ilmu yang mengkaji bahasa dan fungsi saraf,
otak manusia bisa dilatih fungsi-fungsinya, termasuk untuk melahirkan sikap
kritis. Menurut mereka, otak manusia dibagi dua, yakni otak kiri yang
memproduksi bahasa verbal, imitatif dan repetitif, dan otak kanan yang
memperoduksi pikiran yang bersifat imajinatif, komprehensif, dan kontemplatif.
Muncul dugaan bahwa orang-orang agung para pembuat sejarah besar adalah orang
yang memiliki otak kanan yang aktif.
Komentar
Posting Komentar